Fondasi dan Aktualisasi Islam Berkemajuan
Oleh: Irfan Hasanudin
(Ketua Bidang Hikmah IMM Pondok Internasional KH. Mas Mansur)
Oleh: Irfan Hasanudin
(Ketua Bidang Hikmah IMM Pondok Internasional KH. Mas Mansur)
Islam secara harfiyah artinya damai,
selamat, tunduk, dan bersih. Kata Islam terbentuk dari tiga huruf, yaitu س (sin), ل
(lam), م (mim) yang bermakna dasar “selamat”. Jika
ditinjau dari segi bahasa, الإسلام مصدر من أسلم يسلم
إسلاما (Islam
berasal dari kata aslama yang berakar dari kata salama). السَّلْمyang berarti damai, أَسْلَمَ yang berarti menyerah, سَلِيْمٌ
yang berarti bersih dan suci, dan سَلاَمٌ
yang berarti selamat dan sejahtera. Islam merupakan satu sistem aqidah, syari’ah dan akhlaq
yang mengatur segala tingkah laku manusia dalam berbagai hubungan (baik
hubungan manusia dengan Allah, hubungan manusia dengan dirinya sendiri,
masyarakat, alam, ataupun makhluk lainnya).[1]
Wilfred Cantwell Smith melalui tulisannya yang berjudul The Special Case of
Islam, mengatakan bahwasanya Islam merupakan agama yang unik, karena agama
Islam sui generis (mempunyai corak dan sifat sendiri dalam jenisnya).[2]
Selain itu, perlu kita ketahui bersama bahwasanya Islam merupakan dienullah
yang menjadi rahmat bagi seluruh alam (rahmatan lil ‘Aalamiin).
Melalui afeksi hati, daya nalar serta wahyu yang
diberikan kepadanya, umat Islam memiliki keyakinan yang kuat bahwa ajaran Islam
merupakan alternatif terbaik untuk menyembuhkan berbagai problem kehidupan
manusia. Namun, akhir-akhir ini, fenomena menunjukkan bahwa seakan-akan ajaran
Islam tidak berdaya dalam menghadapi persoalan kemanusiaan.[3]
“Islam” adalah agama yang dengan segera melahirkan
gerakan, menciptakan kekuatan, menghadirkan kesadaran diri dan pencerahan, dan
menguatkan kepekaan politik dan tanggung jawab sosial yang berkait dengan diri
sendiri. Suatu kekuatan yang meningkatkan pemikiran dan mendorong kaum
tertindas agar memberontak dan menghadirkan di medan perang spirit keimanan,
harapan dan keberanian.[4]
Sedangkan arti kata “Progresif” menurut KBBI berarti ke arah kemajuan;
berhaluan ke arah perbaikan keadaan sekarang. Islam berkemajuan ataupun Islam
progresif secara sederhana dapat dikatakan sebagai Islam yang bergerak ke arah
yang lebih maju. Keberadaan Islam berkemajuan tak lepas dari ulur tangan insan
progresif. Jika “progresif”
diartikan sebagai keinginan untuk maju. Dengan demikian, insan progresif
berarti insan yang memiliki kenginan kuat (determinasi) untuk selalu bergerak
ke depan di berbagai lini kehidupan dan kesediaan untuk selalu mereformasi diri
khususnya di bidang wawasan keilmuan (QS Al Mujadalah 58:11) dan perilaku (QS
At Tin 95 :4-6) ke arah yang lebih baik dari sudut pandang agama maupun sosial
kemasyarakatan.
Muhammadiyah dikenal sebagai Persyarikatan yang telah
menghembuskan jiwa pembaharuan pemikiran Islam di Indonesia, memberantas TBC,
mengusahakan umat Islam kembali kepada Al-Qur’an dan Sunnah, dan bergerak di berbagai
bidang kehidupan umat. [5]
Tidak sedikit yang mengatakan bahwasanya Muhammadiyah merupakan organisasi
persyarikatan yang dapat dikatakan progresif.
Islam berkemajuan berarti Islam yang kaafah, menyamai benih-benih kebenaran, kebaikan, kedamaian, keadilan, kemaslahatan, kemakmuran dan keutamaan hidup secara dinamis bagi seluruh umat manusia. Islam yang menjunjung tinggi kemuliaan manusia baik laki-laki maupun perempuan, tanpa diskriminasi. Islam yang menggelorakan misi antiperang, anti terorisme, anti kekerasan, anti penindasan, anti keterbelakangan, dan anti terhadap segala bentuk pengrusakan di muka bumi seperti korupsi, penyalahgunaan kekuasaan, kejahatan manusiaan, eksploitasi alam, serta berbagai kemungkaran yang menghancurkan kehidupan. Islam yang secara positif melahirkan keutamaan yang memayungi kemajemukan suku, bangsa, ras, golongan, dan kebudayaan umat manusia di muka bumi.[6] Allah berfirman:
وَلَا تُفْسِدُوا۟ فِى ٱلْأَرْضِ بَعْدَ إِصْلَٰحِهَا وَٱدْعُوهُ خَوْفًا وَطَمَعًا ۚ إِنَّ رَحْمَتَ ٱللَّهِ قَرِيبٌ مِّنَ ٱلْمُحْسِنِينَ
“Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Al-A’raf: 56).
Islam berkemajuan berarti Islam yang kaafah, menyamai benih-benih kebenaran, kebaikan, kedamaian, keadilan, kemaslahatan, kemakmuran dan keutamaan hidup secara dinamis bagi seluruh umat manusia. Islam yang menjunjung tinggi kemuliaan manusia baik laki-laki maupun perempuan, tanpa diskriminasi. Islam yang menggelorakan misi antiperang, anti terorisme, anti kekerasan, anti penindasan, anti keterbelakangan, dan anti terhadap segala bentuk pengrusakan di muka bumi seperti korupsi, penyalahgunaan kekuasaan, kejahatan manusiaan, eksploitasi alam, serta berbagai kemungkaran yang menghancurkan kehidupan. Islam yang secara positif melahirkan keutamaan yang memayungi kemajemukan suku, bangsa, ras, golongan, dan kebudayaan umat manusia di muka bumi.[6] Allah berfirman:
وَلَا تُفْسِدُوا۟ فِى ٱلْأَرْضِ بَعْدَ إِصْلَٰحِهَا وَٱدْعُوهُ خَوْفًا وَطَمَعًا ۚ إِنَّ رَحْمَتَ ٱللَّهِ قَرِيبٌ مِّنَ ٱلْمُحْسِنِينَ
“Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Al-A’raf: 56).
Berkemajuan bagi Muhammadiyah bukan hanya sekadar
tematik ataupun slogan tatkala Muktamar Muhammadiyah ke-47 di Makassar yang
bertuliskan “Gerakan Pencerahan Menuju Indonesia Berkemajuan” saja, akan tetapi
dibalik itu alasannya adalah karna Muhammadiyah lahir dari spirit dan nilai
perjuangan tokoh yang luar biasa. Dengan teologi Al-Ma’unnya, pendiri
Muhammadiyah mampu mempelopori dakwah kemanusiaan. Prinsipnya ‘ilmu amali dan
amalu bil ilm yang sangatlah luar biasa mengantarkan dirinya mencapai
kebahagiaan hidup dunia dan akhirat, walaupun medan dakwahnya yang begitu keras
namun beliau dengan kelembutan hatinya senantiasa menghadapi tantangan demi
tantangan yang muncul dihadapannya. Selain itu, pirit dan nilai perjuangan
tokoh Muhammadiyah mampu menghantarkan Muhammadiyah menjadi lebih maju dan
terus berkembang. Hal tersebut tak lepas dari pematangan identitas dan
landasan-landasan(landasan normatif dan landasan operasional Muhammadiyah) yang
menjadi pemicu dalam dakwah pencerahan. Muhammadiyah selalu menampilkan dakwah
yang menarik dan memicu ketertarikan. Sumbangsi yang diberikan Muhammadiyah
terhadap negeri ini begitu besar, dimulai dari andilnya dalam bidang dakwah,
pendidikan, kesehatan, hingga kesejahteraan sosial. Namun, melihat realitas
masa kini yang mulai banyak kepungan terhadap umat islam dari berbagai penjuru,
kita hendaknya melakukan kontemplasi dan menyiapkan menjadi insan yang
berkemajuan.
Memang tidak sedikit yang mengetahui konsepsi islam berkemajuan,
namun tidak banyak orang juga yang mengetahui dan memahami mengenai unsur-unsur
dari Islam berkemajuan tersebut. Oleh karena itu, kita perlu pula memahami
bersama mengenai apa saja fondasi Islam berkemajuan dan bagaimana aktualisasi
dari Islam berkemajuan tersebut.
Dalam mengimpelentasikan Islam
berkemajuan, kita harus mengetahui terlebih dahulu mengenai fondasi dari Islam
berkemajuan itu sendiri.[7]
Berangkat dari fondasinya, Islam berkemajuan memiliki fondasi sebagai berikut:
1.
Tauhidullah
Mengesakan Allah atas dzat-Nya, nama-namaNya, kekuasaan-Nya, dan
sifat-sifatNya. Tauhid murni tanpa kemusyrikan yang nampak maupun tak nampak
(tahayul, bid’ah dan churafat).
Tidak mengaitkan tauhid
dengan ajaran pluralisme berikut:
-
Sintesisme
agama atau yang biasa dikenal dengan agama oplosan. Contohnya:Gafatar, Komar,
dan sebagainya.
-
Sinkretisme
agama, nampak aktif beragama yang satu namun juga melakukan animisme, dan
sebagainya.
-
Relativisme
agama, yang menganggap bahwa semua agama memiliki tujuan ataupun arah yang
sama, meskipun menggunakan metodologi yang berbeda-beda.
2.
Pemahaman Al-Qur’an dan Hadits yang independen, komprehensif, dan
integratif
Tidak terikat teologis, mazhab fikih dan sufiah manapun. Muhammadiyah
tidak bertasawuf, akan tetapi berakhlaq.
Jika ada yang bertanya Muhammadiyah itu sunni aw syi’i? Maka jawablah dengan tegas bahwa kita ini
sunni. Ada berbagai macam kelompok sunni, diantaranya Asy’ariyah, Salafiyah,
dan Maturidiyah. Kelompok asy’ariyah seperti Nahdlatul Ulama, dsb. Kelompok
Salafiyah seperti Muhammadiyah, Persis, Al-Irsyad, dsb., Yang ajaran salaf
tersebut dipelopori oleh Ibnu Taimiyah, kemudian berlanjut kepada Ibn Qoyyim,
selanjutnya kepada Muhammad Ibn abdul Wahhab, dan seterusnya.
Muhammadiyah ada, demi terlaksananya ajaran-ajaran Islam yang meliputi bidang-bidang: Aqidah, Akhlak, Ibadah, dan Muamalah duniawiyah.
Berikut adalah point-point dari Matan Keyakinan dan Cita-cita Hidup(MKCH) Muhammadiyah:
Muhammadiyah ada, demi terlaksananya ajaran-ajaran Islam yang meliputi bidang-bidang: Aqidah, Akhlak, Ibadah, dan Muamalah duniawiyah.
Berikut adalah point-point dari Matan Keyakinan dan Cita-cita Hidup(MKCH) Muhammadiyah:
1. Muhammadiyah adalah Gerakan Islam dan Dakwah Amar Ma'ruf Nahi
Munkar, beraqidah Islam dan bersumber pada Al-Qur'an dan Sunnah, bercita-cita
dan bekerja untuk terwujudnya masyarakat utama, adil, makmur yang diridhai
Allah SWT, untuk malaksanakan fungsi dan misi manusia sebagai hamba dan
khalifah Allah di muka bumi.
2. Muhammdiyah berkeyakinan bahwa Islam adalah Agama Allah yang diwahyukan kepada Rasul-Nya, sejak Nabi Adam, Nuh, Ibrahim, Musa, Isa dan seterusnya sampai kepada Nabi penutup Muhammad SAW, sebagai hidayah dan rahmat Allah kepada umat manusia sepanjang masa, dan menjamin kesejahteraan hidup materil dan spritual, duniawi dan ukhrawi.
3. Muhammadiyah dalam mengamalkan Islam berdasarkan:
a. Al-Qur'an: Kitab Allah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW;
b. Sunnah Rasul: Penjelasan dan palaksanaan ajaran-ajaran Al-Qur'an yang diberikan oleh Nabi Muhammad SAW dengan menggunakan akal fikiran sesuai dengan jiwa ajaran Islam.
2. Muhammdiyah berkeyakinan bahwa Islam adalah Agama Allah yang diwahyukan kepada Rasul-Nya, sejak Nabi Adam, Nuh, Ibrahim, Musa, Isa dan seterusnya sampai kepada Nabi penutup Muhammad SAW, sebagai hidayah dan rahmat Allah kepada umat manusia sepanjang masa, dan menjamin kesejahteraan hidup materil dan spritual, duniawi dan ukhrawi.
3. Muhammadiyah dalam mengamalkan Islam berdasarkan:
a. Al-Qur'an: Kitab Allah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW;
b. Sunnah Rasul: Penjelasan dan palaksanaan ajaran-ajaran Al-Qur'an yang diberikan oleh Nabi Muhammad SAW dengan menggunakan akal fikiran sesuai dengan jiwa ajaran Islam.
4. Muhammadiyah bekerja untuk terlaksananya ajaran-ajaran Islam yang meliputi
bidang-bidang:
a. 'Aqidah
Muhammadiyah bekerja untuk tegaknya aqidah Islam yang murni, bersih dari gejala-gejala kemusyrikan, bid'ah dan khufarat, tanpa mengabaikan prinsip toleransi menurut ajaran Islam.
b. Akhlak
Muhammadiyah bekerja untuk tegaknya nilai-nilai akhlak mulia dengan berpedoman kepada ajaran-ajaran Al-Qur'an dan Sunnah rasul, tidak bersendi kepada nilai-nilai ciptaan manusia
c. Ibadah
Muhammadiyah bekerja untuk tegaknya ibadah yang dituntunkan oleh Rasulullah SAW, tanpa tambahan dan perubahan dari manusia.
d. Muamalah Duniawiyah
Muhammadiyah bekerja untuk terlaksananya mu'amalat duniawiyah (pengolahan dunia dan pembinaan masyarakat) dengan berdasarkan ajaran Agama serta menjadi semua kegiatan dalam bidang ini sebagai ibadah kepada Allah SWT.
5. Muhammadiyah mengajak segenap lapisan bangsa Indonesia yang telah mendapat karunia Allah berupa tanah air yang mempunyai sumber-sumber kekayaan, kemerdekaan bangsa dan Negara Republik Indonesia yang berdasar pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, untuk berusaha bersama-sama menjadikan suatu negara yang adil dan makmur dan diridhoi Allah SWT:
"baldatun thayyibatun wa robbun ghofur"[8]
a. 'Aqidah
Muhammadiyah bekerja untuk tegaknya aqidah Islam yang murni, bersih dari gejala-gejala kemusyrikan, bid'ah dan khufarat, tanpa mengabaikan prinsip toleransi menurut ajaran Islam.
b. Akhlak
Muhammadiyah bekerja untuk tegaknya nilai-nilai akhlak mulia dengan berpedoman kepada ajaran-ajaran Al-Qur'an dan Sunnah rasul, tidak bersendi kepada nilai-nilai ciptaan manusia
c. Ibadah
Muhammadiyah bekerja untuk tegaknya ibadah yang dituntunkan oleh Rasulullah SAW, tanpa tambahan dan perubahan dari manusia.
d. Muamalah Duniawiyah
Muhammadiyah bekerja untuk terlaksananya mu'amalat duniawiyah (pengolahan dunia dan pembinaan masyarakat) dengan berdasarkan ajaran Agama serta menjadi semua kegiatan dalam bidang ini sebagai ibadah kepada Allah SWT.
5. Muhammadiyah mengajak segenap lapisan bangsa Indonesia yang telah mendapat karunia Allah berupa tanah air yang mempunyai sumber-sumber kekayaan, kemerdekaan bangsa dan Negara Republik Indonesia yang berdasar pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, untuk berusaha bersama-sama menjadikan suatu negara yang adil dan makmur dan diridhoi Allah SWT:
"baldatun thayyibatun wa robbun ghofur"[8]
Integratif,
maksudnya yaitu memahami al-Qur’an dan hadits dengan tersistem(sistematis).
3.
Tajdid (Pembaharuan)
Inilah ke-khasan yang ada dalam Muhammadiyah, tajdid dalam Muhammadiyah
bisa berarti purifikasi(pemurnian), bisa juga dinamisasi.
Purifikasi (Pemurnian) dalam hal aqidah, ibadah, dan akhlak.
Dinamisasi ataupun modernisasi, dengan menerjemahkan Al-Qur’an dan hadits dalam berbagai macam bidang kehidupan.
Dinamisasi ataupun modernisasi, dengan menerjemahkan Al-Qur’an dan hadits dalam berbagai macam bidang kehidupan.
4.
Moderat[9]
وَكَذَٰلِكَ جَعَلْنَاكُمْ أُمَّةً وَسَطًا لِتَكُونُوا شُهَدَاءَ عَلَى
النَّاسِ وَيَكُونَ الرَّسُولُ عَلَيْكُمْ شَهِيدًا ۗ وَمَا جَعَلْنَا الْقِبْلَةَ
الَّتِي كُنْتَ عَلَيْهَا إِلَّا لِنَعْلَمَ مَنْ يَتَّبِعُ الرَّسُولَ مِمَّنْ
يَنْقَلِبُ عَلَىٰ عَقِبَيْهِ ۚ وَإِنْ كَانَتْ لَكَبِيرَةً إِلَّا عَلَى
الَّذِينَ هَدَى اللَّهُ ۗ وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيُضِيعَ إِيمَانَكُمْ ۚ إِنَّ
اللَّهَ بِالنَّاسِ لَرَءُوفٌ رَحِيمٌ
“Dan demikian (pula)
Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi
saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas
(perbuatan) kamu. Dan Kami tidak menetapkan kiblat yang menjadi kiblatmu
(sekarang) melainkan agar Kami mengetahui (supaya nyata) siapa yang mengikuti
Rasul dan siapa yang membelot. Dan sungguh (pemindahan kiblat) itu terasa amat
berat, kecuali bagi orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah; dan
Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi
Maha Penyayang kepada manusia.” (QS. Al-Baqoroh : 143).
Dalam ayat tersebut terdapat sebutan
“Ummatan wasathon” yang berarti ummat pertengahan (umat yang adil, tidak
radikal ataupun hegemonik, toleran terhadap sesama, cinta damai, dan pilihan),
yang merupakan cerminan dari masyarakat berkemajuan.“Manusia ideal memiliki tiga aspek: kebenaran, kebajikan, dan keindahan. Dengan perkataan lain: pengetahuan, akhlaq, dan seni. Menurut fithrahnya dia adalah khalifah Allah. Dia adalah kehendak yang komit dengan tiga macam dimensi: kesadaran, kemerdekaan, dan kreativitas.”[10]
Akhir-akhir ini manusia banyak pula dihadapkan dengan berbagai doktrinasi pemikiran maupun terkait hal ghazwul fikr(perbedaan sikap), maka dari itu perlulah kita untuk memahami segala yang ada, dan mengambil langkah yang tepat (moderat dalam bersikap).
5.
Gemar beramal (Bekerja)
Seringkali kita temui bersama kiblat dunia barat yang
money-oriented. Oleh karena itu, dalam menghadapi polemik seperti ini, kita
hendaklah memiliki semangat(ghirah) dan prinsip yang jelas. Sikap gemar dalam
beramal(bekerja) sebagai salah satu bagian dari ibadah, sebagaimana firman-Nya
dalam Qur’an surat Adh-Dhariyat: 56. Gemar beramal (bekerja) tersebut sebagai
wujud tulus ikhlas, serta senang dan tanggung jawab kita dalam menunaikannya.
Selain daripada fondasi, maka wujud aktualisasi yang bisa kita
tunaikan, yaitu: berani bergerak ke arah yang maju dengan mengutamakan
sistem, berorganisasi dan beramal dengan gembira, optimis memajukan
pendidikan, mengutamakan demokratisasi (mengambil keputusan dengan
musyawarah), mencoba tingkatkan kesejahteraan sosial, menggunakan
teknologi yang baru, dan masih banyak lagi.
Daftar Pustaka
Pimpinan
Pusat Muhammadiyah. 2000. Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah, Yogjakarta: Suara Muhammadiyah.Supriyadi, Eko. 2003. Sosialisme Islam; Pemikiran Ali Syariati. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Tuhuleley, Said Tajdid Gerakan Untuk Pemberdayaan Masyarakat; Dinamika Gerakan Muhammadiyah
Dr.Syamsul
Hidayat, dkk. 2014. Studi Kemuhammadiyahan : Kajian Historis, Ideologis, dan
Organisasi. Surakarta: LPIK UMS.
al-Qur’anul
Kariim
[1] Daud Ali, dalam bukunya Islam untuk Disiplin Ilmu
Hukum, Sosial dan Politik (1989).
[2] Wilfred Cantwell Smith, dalam bukunya The Meaning
and End of Religion (1964) hal.74
[5] Syamsul Hidayat,dkk. Studi Kemuhammadiyahan: Kajian Historis,
Ideologis dan Organisasi halaman 31.
[7] Yunahar Ilyas Speech dalam Pelatihan perkaderan di
Yogyakarta (2016)
[8] Keputusan Tanwir Tahun 1969 di Ponorogo; diamandemen
dalam Tanwir tahun 1970 di Yogyakarta, disesuaikan pula dengan Keputusan
Muktamar Muhammadiyah ke 41 di Surakarta.
[9] Interpretasi penafsiran dari QS.Al-Baqoroh:143.