Kamis, 20 Oktober 2016

Media Sebagai Alat Gerakan

“Media Sebagai Alat Gerakan”
Oleh: Irfan Hasanudin
            Media merupakan saluran penghubung penyampaian pesan ataupun informasi dari komunikator kepada khalayak.[1] Ada 3 jenis media, yaitu media audio, media visual, dan media audio-visual. Media Audio merupakan suatu metode untuk menyampaikan informasi berdasarkan prinsip psikologi, yaitu : seseorang akan memperoleh “pengertian lebih baik dari sesuatu yang dapat dilihat dari pada didengar”. contohnya diantaranya yaitu media audio kaset, media radio, dan media laboratorium bahasa. Kemudian, Media Visual yaitu media yang menyampaikan informasi melalui pesan visual. Sebagai contohnya yang kita amati akhir-akhir ini, pada buku-buku pelajaran mulai ditampilkan pesan-pesan visual melalui berbagai ilustrasi untuk memperjelas keterbacaan visual. Labih dari itu, pesan-pesan visual disajikan pula dalam berbagai media massa seperti televisi, percetakan dan produksi. Pesan-pesan visual sangat efektif dalam memperjelas informasi, bahkan lebih jauh lagi dapat mempengaruhi sikap seseorang, membentuk opini masyarakat dan lain-lain. Selanjutnya, Media Audio-visual yaitu seperangkat alat yang dapat memproyeksikan gambar bergerak dan bersuara. Paduan antara gambar dan suara membentuk karakter sama dengan objek aslinya. Alat-alat yang termasuk dalam kategori media audio-visual,adalah: televisi,video – VCD, sound slide, dan film.
Berangkat dari interpretasi, “Siapa yang menguasai media, dialah pemenang yang akan menguasai dunia.” Kemudian teringatku pada interpretasi Confucius,
 “Apa yang saya dengar, saya lupa. Apa yang saya lihat, saya ingat. dan apa yang saya lakukan, saya paham”. Maka dari itu, untuk menjadi seorang pemenang tentulah kita perlu menjadi pendengar yang baik, pembaca yang ulung(mampu memahami dan menterjemahkan tekstual maupun realitas secara bijak), serta menjadi tokoh yang arif (mampu menempatkan diri, juga siap sedia nan setia mengembangkan potensi yang dimilikinya).
Masa pertumbuhan demokrasi saat ini sangatlah memicu pada semakin tingginya kebebasan orang dalam ingin tahu mengenai informasi, menggali informasi yang dapat menjadi contoh bertindak, eksistensi manusia yang dikomparasikan antara satu dengan yang lainnya.
            Sifat media memiliki wajah ganda. media memiliki sifat inspiratif (dapat menginspirasi lingkungan sekitarnya), namun di lain sisi, mdia juga bersifat destruktif (merusak). Sistem pengelolaan media tentulah oligopoli, hanya bisa diakses oleh segelintiran orang saja dan disetel oleh aturan ataupun kepentingan dari pemilik media itu sendiri.
            Miris ketika melihat media khususnya media massa (media cetak, media elektronik, maupun media online) di negeri kita ini yang pada mulanya secara normatif pers berfungsi untuk  memberikan informasi, menghibur, mendidik, dan juga berfungsi sebagai kontrol sosial[2], namun hanya diunggulkan pada pemberian informasi yang kadangkala tidak terlalu penting bagi kemaslahatan umat-bangsa, dan memberi hiburan semata yang kadang pula kurang membangun. Dimanakah letak media yang secara fungsional memiliki tugas mendidik, dan juga sebagai sosial kontrol tersebut? Akan lebih layak kiranya media massa dihiasi oleh konten-konten yang berkaitan dengan pendidikan, dan juga analisis sosial politik ataupun sosial masyarakat dengan radikal berpikirnya.
            Kontroversial, ketika kita sekadar hanya bisa menjadi spektator (penonton) ataupun konsumen saja, tidak dapat ikut andil sebagai produsen media yang mengelolanya dengan baik. Jenuh ketika melihat media kini yang hanya sebagai penipu, sebagai sumber kepentingan pengelola, wadah perang kepentingan, dan mengunggulkan economics orientednya saja. Padahal jika kita berpikir lebih meluas, kita akan mengetahui dan memahami bahwasanya media dapat dikolaborasikan untuk kepentingan dakwah umat, sarana pemersatu bangsa, ataupun lainnya.
            Media massa dapat bermanfaat menjadi pencipta lapangan kerja, barang, ataupun jasa. Selain itu, bertindak sebagai sumber kekuatan (alat kontrol), serta sebagai lokasi atau forum penampilan peristiwa/sejarah yang akan menjadi pelajaran penting baik bagi diri produsen maupun sasaran produksi (konsumennya).
            Media dapat dimanfaatkan sebagai sarana dakwah sebagaimana definisi harfiah dakwah yaitu mengajak, menyeru, memanggil orang untuk beriman dan taat kepada Allah agar dapat mengantarkan pengajak maupun yang diajak tersebut kepada kebahagiaan dan kesejahteraan hidup dunia-akhirat. Maka dari itu kaitannya dengan Muhammadiyah sebagai gerakan pencerah menuju Islam berkemajuan, mengimplementasikan media massa merupakan bentuk andil (wujud gerakan tajdidnya) terhadap kemajuan iptek, Selain itu pula, hendaknya dalam dakwah dikemas semenarik mungkin sebagai sarana dakwah islam amar ma’ruf nahi munkar, agar dapat mengeksistensikan identitas perjuangan (gerakan Islam, gerakan dakwah, dan gerakan tajdid), menelaah dan mentadabburi Al-Qur’an dan hadits, memicu ketertarikan, memberikan hikmah, meningkatkan serta mengembangkan kreativitas dan intelektualitas, mengeksplorasi kemampuan dan keterampilan diri, mengekspansi relasi, mengintegrasikan teknologi, memahami mengenai isi dan metodologi, membagun uswatun khasanah dan menghidupkan nuansa dakwah agar dapat dirasakan kebermafaatannya bagi keluarga persyarikatan, kemajuan umat Islam, dan meningkatkan spirit kecintaan terhadap negerinya.
Pertanyaan yang kemudian muncul yaitu beranikah kita menjadi dapur pers?
Siapkah kita menjadi generasi umat Islam yang berkemajuan dengan kompetensi, ruhul ikhlas, dan ruhul jihad yang kita miliki?
Mari melakukan kontemplasi sejenak, guna dapat menjawab pertanyaan dengan keselarasan rasa percaya dari jiwa kita.
Kiranya kita memiliki transendensi yang kuat, tentulah terpicu untuk berani,
Beranilah untuk memulai, dan istiqomahlah dalam berjuang.
Terkadang memulai memanglah pahit, namun karena pahitnya mencoba kita akan menjadi bisa, dan akan terbiasa jika berulang kali mencoba.
Semangat berjuang! (^_^)



[1] Blake dan Horalsen dalam Latuheru, 1988:11)
[2] Undang-Undang Nomor 40 tahun 1999 tentang Fungsi Pers

Tidak ada komentar:

Posting Komentar