“BEGINILAH SEHARUSNYA GENERASI MUDA”
Mendidik pemuda sesungguhnya
bukanlah hal yang gampang. Diantara tugas Nabi saw selama hidupnya adalah
menjadi murrabi (pendidik). Usahanya
mentarbiyah (mendidik) lebih banyak dari pada perkataannya. Amal perbuatan beliau
dengan para sahabatnya lebih banyak dari ucapannya. Nabi saw selalu mendidik
melalui perbuatan-perbuatannya, sifat-sifatnya, serta
keistimewaan-keistimewaannya, lebih banyak dari pidato dan ceramahnya.
Ya, sesungguhnya di lingkungan kita saat ini terdapat para da’i. namun kita membutuhkan para
pendidik yang membawa pemuda ke jalan Allah yang lurus. Pendidik yang
membimbing dan mendidik pemuda itu dalam hal perilaku, akhlak, karakteristik
dan sifat-sifatnya. Dan beginilah seharusnya pemuda:
1.
Memperhatikan
Amalan Fardhu
Yaitu
memperhatikan amalan-amalan wajib (fardhu)
terlebih dahulu. Seseorang bertanya tentang Islam kepada Rasulullah saw. Lalu beliau menjawab,”yaitu,
bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah, dan Muhammad utusan Allah.” Orang itu bertanya,
“kenudian apa lagi?” nabi menjawab, “lima kali sholat sehari semalam.” Orang
itu bertanya lagi, “adakah kewajiban lain terhadapku selain itu?”, nabi
menjawab, “ kecuali, jika kamu ingin melakukan ibadah sunah dengan sukarela”.
(HR.
Al Bukhari dan Muslim)
Dalam
pendidikan, hal ini akan mudah dipaparkan dan dibuat bertahap. Namun intinya
adalah, mendahulukan hal-hal yang wajib dilakukan. Karena, bisa kita lihat
sebagian orang lebih mengutamakan sisi amalan-amalan sunah dari pada
amalan-amalan wajib. Kita bisa melihat ia sering berbicara kepada orang lain
tentang Qiyamullail sementara masih
banyak orang yang tidak melakukan shalat berjamaah di masjid.
2.
Menghidupkan Semangat Keteladanan
Menghidupkan
semangat keteladanan di dalam diri pemuda di mulai dari diri sendiri. Yang
banyak berkurang dari umat Islam sekarang ini adalah contoh teladan. Ya, contoh
teladan yang dapat dirasakan oleh pemuda. Tak cukup hanya sekedar
ceramah-ceramah, pengajaran, tanpa ada contoh teladan. Apabila anda tidak
menemukan contoh teladan, maka bawalah orang-orang kembali menuju contoh
teladan yang hakiki, nabi Muhammad saw. Aisyah pernah ditanya tentang akhlak
Nabi saw. Ia berkata “akhlak beliau
adalah Al-qur’an.”(HR. Muslim)
3.
Menanamkan Makna Ukhuwah
Diantara
cara yang digunakan dalam mendidik pemuda yaitu, menanamkan arti Ukhuwah Islamiyah (persaudaraan Islam).
Banyak orang yang berbicara tentang persaudaraan itu diatas podium. Namun,
ketika turun ia berinteraksi terhadap orang dengan tongkat dan cemeti. Ia
serukan persaudaraan, namun ketika duduk di suatu tempat, ia pun mulai mencela
hamba-hamba Allah.
Orang- orang mendatangi Al-Hasan lalu mereka katakan “
seseorang telah menggunjing anda .” Maka Al Hasan berkata,”bawakan kurma
untuknya!” lalu mereka membawa kurma kepada orang itu dan mengatakan, “Al
Hasan yang mengirimnya untuk mu. Kamu memberikan kepada kami pahala-pahala
kebaikan mu, dan kami pun memberikan kurma untukmu.” Orang itu pun tidak pernah
lagi menjelek-jelekkan Al Hasan.
Diantara
hak –kewajiban dalam Ukhuwah Islamiah
yaitu, anda mendo’akannya tanpa ia ketahui. Termasuk bukti kejujuran bila anda
mendoakannya tanpa ia ketahui. Abu Darda’ selalu mendoakan tujuh puluh
sahabatnya, tanpa mereka ketahui. Doa yang paling cepat dikabulkan adalah doa
sesorang untuk orang lain tanpa diketahuinya. Diantara hak-kewajiban
persaudaraan, yaitu apabila ia sakit anda menjenguknya. Sehingga, arti
persaudaraan benar-benar tampak dalam kenyataan sebenarnya. Nabi saw memang
betul-betul telah melakukannya.
4.
Menjauhkan Perbuatan Mencela
Diantara
beberapa petunjuk dalam mendidik pemuda, yaitu menjauhkan perbuatan tercela.
Apabila anda mendengarnya menghina seorang dai,
maka katakana padanya, ”semoga Allah memaafkanmu. Bukan begini caranya.” Apa
bila anda mendengarnya membuka aib saudara dan tetangganya maka ingatkan ia
kepada Allah. Orang mukmin tidak akan
menjadi pembuka aib orang lain, tidak suka mengutuk, tidak berbuat keji serta
tidak berakhlaq buruk. Ketika rasa santun terdapat di dalam jiwa seseorang,
kesantunan itu pasti menghiasinya. Ketika rasa santun itu jauh dari jiwa
seseorang, maka pasti akan membuatnya tampak buruk. Allah itu Maha Santun dan
menyukai sopan santun.
5.
Menyikapi Perbedaan
Para
ulama bisa saling berbeda pendapat karena beberapa alasan. Alasan yang dikemukakan
mereka bisa diterima, tetap mendapatkan pahala. Kita bersyukur karenanya diberi
beberapa masalah sekunder dalam agama, yaitu:
- Bisa jadi ada dalil yang sampai kepada salah seorang ulama, tapi
belum sampai kepada ulama yang lain.
- Bisa jadi dalil yang ada pada anda itu tsabit (tidak bisa diubah lagi), sementara yang ada di orang lain
sudah mansukh (dihapus hukumnya).
- Bisa jadi dalil itu shahih
(benar) menurut anda tapi dhaif
(lemah) menurut saya.
- Bisa jadi ada hadits tsabit
dan shahih sampai kepada saya dan
juga kepada anda, namun pemahaman saya tentang hadits tersebut tidak sama dengan cara anda memahaminya.
Adab ketika
berbeda adalah, masing-masing saling menjelaskan dulu masalahnya. Sehingga,
apabila kita sama-sama telah sampai pada satu kesimpulan, maka mari kita
kerjakan. Jika tidak, hendahlah masing-masing mengamalkan sesuai pendapatnya.
Ini terjadi pada masalah-masalah sekunder (tidak pokok) dalam agama.
Sehingga, orang yang berlainan pendapat dengan kita tidak ditegur atau pun dicela.
Setiap golongan berhak mengatakan alasannya. Sehingga jika yang lain tidak bisa
menerimanya, maka golongan yang pertama tadi dapat dimaklumi. Dengan syarat,
golongan itu tidak mengikuti hawa nafsu.
Ini terjadi
pada masalah-masalah khilafiyah dalam fikih. Adapun dalam
permasalahan-permasalahan akidah, kita tidak boleh lepas tangan begitu
saja. Kita juga tidak bisa mengatakan seperti yang dikatakan sebagian ulama,
“hendaklah kita saling bekerjasama dalam hal-hal yang kita sepakati, dan
hendaklah masing-masing kita mau menerima alasan dalam hal-hal yang kita
perselisihkan.” (sebab perlu dikaji terlebih dahulu bentuk yang
diperselisihkan. Kalau itu berupa sesuatu yang bersifat baku, tentu kita tidak
akan menerimanya.)
6.
Menyikapi Fatwa
Bagi
sebagaian orang, berfatwa merupakan tangga mencapai popularitas. Sehingga
banyak anak muda yang baru menghafal dua surat atau hadits, sudah menganggap
dirinya bagaikan mufti (seorang pembawa fatwa), dan menjawab
permasalahan-permasalahan rumit. Padahal, ulama-ulama dakwah yang telah
menuntut ilmu beberapa kali lipat dari usia anak muda itu saja masih merasa
kesulitan dalam berfatwa.
Kesalahan
dalam berfatwa terbagi dua macam: Pertama, berfatwa tanpa ilmu. Kedua,
mengharamkan seseorang berfatwa dalam
permasalahan-permasalahan yang sudah jelas seperti rukun iman atau Islam. Yang
ini termasuk orang beragama yang kaku.
Yang
benar, anda menjadi mufti dengan adanya ilmu, keyakinan, tidak
tergesa-gesa, dan dengan dalil syariat dari Al-Qur’an atau Sunnah.
Semoga
Allah selalu melimpahkan selawat dan salam kepada Nabi kita, Muhammad saw
keluarga dan para sahabatnya. Saya memohon kiranya Allah menunjukkan kita semua
pada kebaikan. Wallahu a’lam
(Sumber: buku SELAGI MASIH
MUDA, karya Dr. A’idh Al-Qarni, M.A.)
Instagram :
immkhmasmansur
Youtube :
IMM Pesma
“BEGINILAH SEHARUSNYA GENERASI MUDA”
Mendidik pemuda sesungguhnya
bukanlah hal yang gampang. Diantara tugas Nabi saw selama hidupnya adalah
menjadi murrabi (pendidik). Usahanya
mentarbiyah (mendidik) lebih banyak dari pada perkataannya. Amal perbuatan beliau
dengan para sahabatnya lebih banyak dari ucapannya. Nabi saw selalu mendidik
melalui perbuatan-perbuatannya, sifat-sifatnya, serta
keistimewaan-keistimewaannya, lebih banyak dari pidato dan ceramahnya.
Ya, sesungguhnya di lingkungan kita saat ini terdapat para da’i. namun kita membutuhkan para
pendidik yang membawa pemuda ke jalan Allah yang lurus. Pendidik yang
membimbing dan mendidik pemuda itu dalam hal perilaku, akhlak, karakteristik
dan sifat-sifatnya. Dan beginilah seharusnya pemuda:
1.
Memperhatikan
Amalan Fardhu
Yaitu
memperhatikan amalan-amalan wajib (fardhu)
terlebih dahulu. Seseorang bertanya tentang Islam kepada Rasulullah saw. Lalu beliau menjawab,”yaitu,
bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah, dan Muhammad utusan Allah.” Orang itu bertanya,
“kenudian apa lagi?” nabi menjawab, “lima kali sholat sehari semalam.” Orang
itu bertanya lagi, “adakah kewajiban lain terhadapku selain itu?”, nabi
menjawab, “ kecuali, jika kamu ingin melakukan ibadah sunah dengan sukarela”.
(HR.
Al Bukhari dan Muslim)
Dalam
pendidikan, hal ini akan mudah dipaparkan dan dibuat bertahap. Namun intinya
adalah, mendahulukan hal-hal yang wajib dilakukan. Karena, bisa kita lihat
sebagian orang lebih mengutamakan sisi amalan-amalan sunah dari pada
amalan-amalan wajib. Kita bisa melihat ia sering berbicara kepada orang lain
tentang Qiyamullail sementara masih
banyak orang yang tidak melakukan shalat berjamaah di masjid.
2.
Menghidupkan Semangat Keteladanan
Menghidupkan
semangat keteladanan di dalam diri pemuda di mulai dari diri sendiri. Yang
banyak berkurang dari umat Islam sekarang ini adalah contoh teladan. Ya, contoh
teladan yang dapat dirasakan oleh pemuda. Tak cukup hanya sekedar
ceramah-ceramah, pengajaran, tanpa ada contoh teladan. Apabila anda tidak
menemukan contoh teladan, maka bawalah orang-orang kembali menuju contoh
teladan yang hakiki, nabi Muhammad saw. Aisyah pernah ditanya tentang akhlak
Nabi saw. Ia berkata “akhlak beliau
adalah Al-qur’an.”(HR. Muslim)
3.
Menanamkan Makna Ukhuwah
Diantara
cara yang digunakan dalam mendidik pemuda yaitu, menanamkan arti Ukhuwah Islamiyah (persaudaraan Islam).
Banyak orang yang berbicara tentang persaudaraan itu diatas podium. Namun,
ketika turun ia berinteraksi terhadap orang dengan tongkat dan cemeti. Ia
serukan persaudaraan, namun ketika duduk di suatu tempat, ia pun mulai mencela
hamba-hamba Allah.
Orang- orang mendatangi Al-Hasan lalu mereka katakan “
seseorang telah menggunjing anda .” Maka Al Hasan berkata,”bawakan kurma
untuknya!” lalu mereka membawa kurma kepada orang itu dan mengatakan, “Al
Hasan yang mengirimnya untuk mu. Kamu memberikan kepada kami pahala-pahala
kebaikan mu, dan kami pun memberikan kurma untukmu.” Orang itu pun tidak pernah
lagi menjelek-jelekkan Al Hasan.
Diantara
hak –kewajiban dalam Ukhuwah Islamiah
yaitu, anda mendo’akannya tanpa ia ketahui. Termasuk bukti kejujuran bila anda
mendoakannya tanpa ia ketahui. Abu Darda’ selalu mendoakan tujuh puluh
sahabatnya, tanpa mereka ketahui. Doa yang paling cepat dikabulkan adalah doa
sesorang untuk orang lain tanpa diketahuinya. Diantara hak-kewajiban
persaudaraan, yaitu apabila ia sakit anda menjenguknya. Sehingga, arti
persaudaraan benar-benar tampak dalam kenyataan sebenarnya. Nabi saw memang
betul-betul telah melakukannya.
4.
Menjauhkan Perbuatan Mencela
Diantara
beberapa petunjuk dalam mendidik pemuda, yaitu menjauhkan perbuatan tercela.
Apabila anda mendengarnya menghina seorang dai,
maka katakana padanya, ”semoga Allah memaafkanmu. Bukan begini caranya.” Apa
bila anda mendengarnya membuka aib saudara dan tetangganya maka ingatkan ia
kepada Allah. Orang mukmin tidak akan
menjadi pembuka aib orang lain, tidak suka mengutuk, tidak berbuat keji serta
tidak berakhlaq buruk. Ketika rasa santun terdapat di dalam jiwa seseorang,
kesantunan itu pasti menghiasinya. Ketika rasa santun itu jauh dari jiwa
seseorang, maka pasti akan membuatnya tampak buruk. Allah itu Maha Santun dan
menyukai sopan santun.
5.
Menyikapi Perbedaan
Para
ulama bisa saling berbeda pendapat karena beberapa alasan. Alasan yang dikemukakan
mereka bisa diterima, tetap mendapatkan pahala. Kita bersyukur karenanya diberi
beberapa masalah sekunder dalam agama, yaitu:
- Bisa jadi ada dalil yang sampai kepada salah seorang ulama, tapi belum sampai kepada ulama yang lain.
- Bisa jadi dalil yang ada pada anda itu tsabit (tidak bisa diubah lagi), sementara yang ada di orang lain sudah mansukh (dihapus hukumnya).
- Bisa jadi dalil itu shahih (benar) menurut anda tapi dhaif (lemah) menurut saya.
- Bisa jadi ada hadits tsabit dan shahih sampai kepada saya dan juga kepada anda, namun pemahaman saya tentang hadits tersebut tidak sama dengan cara anda memahaminya.
Adab ketika
berbeda adalah, masing-masing saling menjelaskan dulu masalahnya. Sehingga,
apabila kita sama-sama telah sampai pada satu kesimpulan, maka mari kita
kerjakan. Jika tidak, hendahlah masing-masing mengamalkan sesuai pendapatnya.
Ini terjadi pada masalah-masalah sekunder (tidak pokok) dalam agama.
Sehingga, orang yang berlainan pendapat dengan kita tidak ditegur atau pun dicela.
Setiap golongan berhak mengatakan alasannya. Sehingga jika yang lain tidak bisa
menerimanya, maka golongan yang pertama tadi dapat dimaklumi. Dengan syarat,
golongan itu tidak mengikuti hawa nafsu.
Ini terjadi
pada masalah-masalah khilafiyah dalam fikih. Adapun dalam
permasalahan-permasalahan akidah, kita tidak boleh lepas tangan begitu
saja. Kita juga tidak bisa mengatakan seperti yang dikatakan sebagian ulama,
“hendaklah kita saling bekerjasama dalam hal-hal yang kita sepakati, dan
hendaklah masing-masing kita mau menerima alasan dalam hal-hal yang kita
perselisihkan.” (sebab perlu dikaji terlebih dahulu bentuk yang
diperselisihkan. Kalau itu berupa sesuatu yang bersifat baku, tentu kita tidak
akan menerimanya.)
6.
Menyikapi Fatwa
Bagi
sebagaian orang, berfatwa merupakan tangga mencapai popularitas. Sehingga
banyak anak muda yang baru menghafal dua surat atau hadits, sudah menganggap
dirinya bagaikan mufti (seorang pembawa fatwa), dan menjawab
permasalahan-permasalahan rumit. Padahal, ulama-ulama dakwah yang telah
menuntut ilmu beberapa kali lipat dari usia anak muda itu saja masih merasa
kesulitan dalam berfatwa.
Kesalahan
dalam berfatwa terbagi dua macam: Pertama, berfatwa tanpa ilmu. Kedua,
mengharamkan seseorang berfatwa dalam
permasalahan-permasalahan yang sudah jelas seperti rukun iman atau Islam. Yang
ini termasuk orang beragama yang kaku.
Yang
benar, anda menjadi mufti dengan adanya ilmu, keyakinan, tidak
tergesa-gesa, dan dengan dalil syariat dari Al-Qur’an atau Sunnah.
Semoga
Allah selalu melimpahkan selawat dan salam kepada Nabi kita, Muhammad saw
keluarga dan para sahabatnya. Saya memohon kiranya Allah menunjukkan kita semua
pada kebaikan. Wallahu a’lam
(Sumber: buku SELAGI MASIH
MUDA, karya Dr. A’idh Al-Qarni, M.A.)
Instagram :
immkhmasmansur
Youtube :
IMM Pesma
Tidak ada komentar:
Posting Komentar